DIPLOMASI REGIONAL DALAM PENYELESAIAN
DISINTEGRASI DI YUGOSLAVIA
Makalah
Oleh
Flora Vomica (090910101011)
Sylvia Dwi Anggraini (090910101012)
Arif Prastiawan (090910101013)
Alfi Revolusi (090910101014)
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang Diplomasi Regional Negara-Negara Balkan
1.1 Kemerdekaan Slovenia dan Kroasia
Pada tahun 1991 Slovenia dan Kroasia menghendaki pembubaran federasi Yugoslavia yang diikuti adanya republik-republik bagian yang ingin merdeka. Pihak Serbia(Republik Serbia dan Republik Montenegro) dan propinsi Otonom Vojvodina maupun Kosovo menentang ide Kroasia dan Slovenia tersebut diatas dengan alasan bahwa Kroasia dituduh ingin melegalisasi perbatasan-perbatasan yang memisahkan antar republik satu sama lain menjadi perbatasan negara yang diakui oleh masyarakat internasional. Pihak Serbia sendiri tidak mengakui perbatasan-perbatasan administrasi menjadi perbatasan negara serta tidak akan mengakui pembentukan negara –negara berbentuk apa pun sebelum membicarakan masalah perbatasan,karena menyangkut nasib etnis Serbia didalam wilayah-wilayah perbatasan administrasi tersebut.
Dilain pihak pimpinan Bosnia-Herzegovina/ketua partai SDA di Bosnia-Herzegovina Alija Izetbegovic, bersama-sama pimpinan Macedonia, Kiro Gligorof, mencoba menengahi masalah kelanjutan Yugoslavia dengan mengusulkan formasi yang disebut 2+2+2. Formasi tersebut adalah Serbia dan Montenegro bersatu dalam suatu negara federal yang menjalin hubungan kenegaraan dengan Bosnia-Herzegovina dan Makedonia.
Baik usulan Slovenia,Kroasia,maupun Bosnia-Herzegovina, Makedonia, mengenai bentuk negara Yugoslavia ternyata ditolak oleh Serbia kecuali usulan melakukan perundingan.Dorongan masyarakat Eropa pada khususnya dan masyararakat internasional pada umunnya mendesak Slovenia dan Kroasia secara bersama-sama pada tanggal 25 Juni 1991 memproklamirkan kemerdekaan dan kedaulatannya.
1.2 Angkatan Bersenjata Yugoslavia keluar dari wilayah Slovenia dan Kroasia
Setelah Slovenia dan Kroasia memproklamirkan kedaulatannya pada tanggal 25 Juni 1991 sebanyak 2000 orang pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia dikirim ke perbatasan-perbatasan Yugoslavia dengan Austria. Kedatangan pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia dan lain-lain diperbatasan Slovenia tersebut, ternyata tidak dilengkapi dengan peluru dan perlengkapan tersebut, ternyata tidak dilengkapi dengan peluru dan pencegah huru-hara, informasi kelenahan pasukan-pasukan ini diketahiu wakil PM Yugoslavia pada saat itu,Zivka Pregel (etnis Slovenia) dan segera diinformasikan kepada pimpinan Slovenia. Sehingga pasukan militer Yugoslavia dapat dihadang HANTER yang bersenjata lengkap sehingga mission Yugoslavia gagal total. Kemenangan Angkatan Bersenjata Slovenia terhadap Ankatan Militer Yugoslavia semakin berani untuk mendukung para politikus Slovenia untuk memisahkan diri dari federasi.
Usulan Angkatan Militer Yugoslavia kepada PANGTI untuk mengambil tindakan-tindakan tegas terhadap pimpinan Slovenia tidak berhasil dilaksanakan, karena Presiden Presidensi (Etnis Kroasia) dan Wakil Menhan (Etnis Slovenia) tidak menyetujui serta selalu memboikotnya, dengan alasan khawatir menimbulkan korban penduduk.
1.3 Banjir darah di Bosnia
Republik Bosnia-Herzegovina terletak di bagian sentral Yugoslavia dan sering dianggap sebagai “miniatur Yugoslavia” karena penduduknya multinasional yaitu terdiri dari bangsa muslim, Serbia dan Kroasia yang bercampur menjadi satu. Itulah sebabnya sering terjadi pertikaian yang berubah menjadi perang saudara, agama, dan etnis yang terus berlanjut di Bosnia-Herzegovina.
1.4 Pengakuan Masyarakat Eropa dan Internasional
Masyarakat Eropa membentuk suatu komisi arbitrasi untuk mengkaji kelayakan dari keinginan-keinginan republik-republik eks Yugoslavia untuk mendapatkan pengakuan. Hasil penelitian ditetapkan sudah harus sampai di meja Ketua Masyarakat paling lambat 15 Januari 1992, namun sebelum komisi arbitrasi menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya pada tanggal 23 Desember 1991 Jerman dengan tiba-tiba menyatakan pengakuan kepada Slovenia dan Kroasia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Pengakuan Jerman diikuti oleh negara-negara di Eropa lainnya maupun negara-negara yang bersimpati atas proses demokratisasi republik tersebut di belahan dunia lainnya.
2. Tujuan Diplomasi Regional Negara-Negara Balkan
2.1 Mendesak Parlemen Federal Yugoslavia untuk bersidang yang selanjutnya mengesahkan undang-undang dasar yang baru mengenai pembentukan Yugoslavia yang baru secara de facto dan de jure telah menjadikan republik-republik Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina dan Makedonia tidak menjadi anggota Yugoslavia lagi.
2.2 Memecahkan krisis di wilayah eks Yugoslavia, adalah melalui perundingan, disamping tetap menghormati kepentingan dan hak legitimasi dari ketiga suku bangsa di Bosnia.
2.3 Mencegah meluasnya konflik di wilayah Yugoslavia khususnya di wilayah Kroasia,Bosnia-Herzegovina dan Makedonia.
3. Manfaat Diplomasi Regional Negara-Negara Balkan
3.1 Menciptakan kondisi damai dan aman dalam rangka negoisasi penyelesaian krisis Yugoslavia.
3.2 Masyarakat Eropa mengupayakan usaha-usaha perdamaian melalui konferensi internasional yang akhirnya diambil alih oleh PBB.
3.3 Menetralisir ketegangan-ketegangan yang terjadi antara negara Republik Federal Yugoslavia
BAB 2
Pembahasan
4. Arti Diplomasi Regional Secara Harfiah
Upaya perdamaian krisis Yugoslavia telah berlangsung selama bertahun-tahun dan melalui banyak sekali perundingan internasional. Krisis berupa pecahnya negara Yugoslavia tersebut berakhir dengan tercapainya perundingan Daytona di Amerika Serikat.
Sebelum menginjak diplomasi regional Yugoslavia, terlebih dahulu kita memahami makna diplomasi regional tersebut secara implisit. Menurut Kamus Bahasa Indonesia “Balai Pustaka” sebagai berikut :
4.1 Diplomasi
Hubungan antara dua negara dalam melakukan perundingan-perundingan antara bangasa dalam hal membuat perjanjian dengan menggunakan kata-kata secara tepat dalam perundingan untuk mencapai kepentingan nasional.
4.2 Regional
Mengadakan kerja sama atau perundingan antara negara-negara satu kawasan.
Dalam pemaparan diatas dapat diartikulasikan bahwa diplomasi regional adalah “Hubungan resmi antara dua negara atau lebih dalam melakukan perundingan antar bangsa dalam hal membuat perjanjian dengan menggunakan kata-kata yang efektif, efisien, dan akuntabel untuk mencapai kepentingan nasional antara negara-negara satu kawasan.”
5. Perundingan dan Konferensi Dalam Upaya Damai Yugoslavia Dalam Konteks Regionalisme
Diplomasi regional yang dilakukan negara-negara Balkan dalam bentuk perundingan atau konferensi dalam penyelesaikan konflik antara Yugoslavia dan negara-negara federasinya antara lain sebagai berikut :
5.1 Perundingan Sarajevo
Pada tanggal 17 Maret 1992 dilaksanakn pertemuan yang kelima kalinya antara tokoh-tokoh partai/etnis Bosnia-Herzegovina (Muslim, Kroasia, dan Serbia) yang disponsori oleh masyarakat Eropa dibawah diplomat Portugal, Hose Cutleri, yang menyarankan adanya kantonisasi. Dalam hal ini keterlibatan masyarakat Eropa berpotensi untuk melakukan diplomasi regional untuk penyelesaian krisis Yugoslavia.
5.2 Perundingan Lisabon
Pada tanggal 27 Mei 1992, Konferensi Internasional yang pertama tentang Yugoslavia yang diorganisir oleh masyarakat Eropa dilaksanakan di Lisabon sebagai lanjutan dari perundingan Sarajevo. Perundingan damai telah menyetujui bahwa Republik Bosnia-Herzegovina akan menjadi ngara yang terdiri dari 3 etnis dan tetap dalam batas wilayah yang ada sekarang.
5.3 Perundingan Beograd
Pada tanggal 19 Juni 1992, dilaksanakan perundingan di Beograd dengan mediator Locd Carrington maupun Menlu Portugis Jono de Pinjora.
5.4 Konferensi Internasional Mengenai Yugoslavia di Jenewa
1) Pada tanggal 5 November 1992, dilaksanakan perundingan diantara ketiga kelompok pihak yang bertikai di Jenewa untuk menyusun undang-undang Republik Bosnia Herzegovina.
2) Pada tanggal 9 Desember 1992, dilaksanakan perundingan dengan pihak Serbia-Herzegovina mengusulkan dasar pembuatan peta baru berdasarkan persetujuan Lisabon yaitu membagi wilayah Bosnia-Herzegovina kedalam tiga propinsi etnis.
3) Pada tanggal 3 dan 4 Januari 1993,para wakil dari 3 pihak yang bertikai di Bosnia-Herzegovina menandatangani prinsip-prinsip konstitusi Bosnia-Herzegovina.
5.5 Pertemuan puncak di Jenewa
Pada tanggal 16 Juni 1993,para pemimpin dari negra Republik Serbia,Republik Kroasia, Republik Montenegro dan pemimpin faksi Muslim Bosnia-Herzegovina serta mediator internasional yang notabene berasal dari Uni Eropa yaitu Lord Owen dan Thorval Stoltenberg yang masin-masing merupakan pliticus terkenal di Eropa
6. Para Subjektivitas Diplomasi Regional
Aktor-aktor penggerak dalam kelima konferensi maupun perundingan upaya damai Yugoslavia dalam konteks regional melibatkan 3 pihak yang bertikai masing-masing ingin membentuk negara merdeka dan berdaulat yaitu :
1. Republik Bosnia-Herzegovina yang mayoritas muslim
2. Republik Slovenia
3. Republik Kroasia
Ketiganya dalam konteks diplomasi regional selalu mengupayakan perdamaian guna mempertegas tapal batas administrasi negara dalam lingkup negara-negara Balkan, terlepas dari Yunani untuk membentuk negara republik federasi Yugoslavia.
BAB 3
Penutup
7. Kesimpulan
7.1 Pada penyelesaian konflik disintegrasi Yugoslavia membutuhkan keterlibatan masyarakat Eropa dalam diplomasi regional guna meredam ketegangan-ketegangan yang berdampak terganggunya keamanan regional Uni Eropa.
7.2 Penyelesaian krisis Yugoslavia melalui perundingan dan konferensi membutuhkan diplomasi regional yang intensif antara lima negara baru pecahan Yugoslavia namun tiga negara mempunyai permasalahan tentang batas administrasi negara Republik Serbia-Herzegovina, Slovenia dan Kroasia.
Daftar Pustaka
Yusuf,Suffri.1989.”Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri”.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Roy,S.L.1991.”Diplomasi”.Jakarta:Rajawali Perss.
Sudarhono,Juwono dkk.1996.”Perkembangan Studi Hubungan Inernasional dan Tantangan Masa Depan”.Jakarta:Pustaka Jaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kepala_negara_Yugoslavia