Entri Populer

Sabtu, 02 Februari 2013

Analisis Kepentingan Amerika Serikat Dibalik Isu Krisis Pangan Global yang Melanda Negara-negara Berkembang


BAB I
PEDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
            Isu global yang tetap eksis hingga saat kini salah satunya adalah isu krisis pangan yang melanda negara-negara di dunia. krisis pangan sebagai akibat dari fenomena pemanasan global yang memicu perubahan iklim, serta faktor-faktor bencana alam yang kemudian menyebabkan tingkat produksi bahan pangan di masing-masing negara menurun tajam. Hal ini memerlukan perhatian khusus karena krisis pangan yang terjadi di negara-negara terutama negara berkembang tentu juga akan berdampak pada ketahanan pangan global.
            Berdasarkan prediksi Food and Agriculture Organization (FAO) terdapat 36 negara di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin mengalami krisis pangan, termasuk Indonesia.[1] Hampir semua negara berkembang terutama negara yang memiliki kemampuan produksi pangan yang lemah mengalami krisis pangan di dalam negerinya. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan krisis pangan ini, dibutuhkan sebuah solusi baru untuk memperbaiki tingkat produksi tanaman pangan di suatu negara.
            Dalam kasus ini, solusi yang dimaksud adalah munculnya penemuan baru yakni tanaman transgenik. Tanaman transgenik merupakan tanaman hasil dari rekayasa genetika yang terbukti telah dapat menghasilkan tanaman pangan dengan hasil yang lebih baik sehingga dinilai dapat meningkatkan produksi pangan. Penelitian tanaman transgenik ini tentunya dilakukan oleh negara-negara maju yang memiliki teknologi yang canggih terutama negara seperti Amerika Serikat (AS).
            Solusi ini yang kemudian ditawarkan khususnya oleh AS, untuk mengatasi masalah krisis pangan yang melanda negara-negara di dunia khususnya negara-negara berkembang. Didukung dengan adanya kebijakan liberalisasi perdagangan dalam bentuk pasar bebas yang dipromosikan oleh World Trade Organization (WTO), yang akhirnya banyak dianut oleh negara-negara berkembang untuk membuka pasarnya dengan aturan-aturan yang berlaku. Maka dari sinilah penyaluran produk-produk transgenik dapat disalurkan dari negara-negara maju seperti AS ke negara-negara berkembang.
            Namun di sisi lain, masalah yang kemudian muncul dengan adanya pandangan bahwa isu krisis pangan global ini dinilai telah dimanfaatkan oleh AS semata-mata untuk mencapai kepentingan pribadi negaranya. munculnya solusi yang ditawarkan negara-negara maju khususnya oleh AS dengan dalih sebagai bentuk upaya alih teknoligi berupa tanaman transgenik dipandang sebagai langkah untuk memperluas pasar dari produk transgenik tersebut ke negara-negara berkembang.
            Negara-negara berkembang menjadi pasar utama dari produk transgenik tersebut karena mereka tidak berdaya terhadap tekanan bisnis produk transgenik dunia, dan juga terikat oleh aturan-aturan WTO sehingga selalu menimbulkan ketergantungan negara-negara berkembang terhadap negara-negara maju. Maka dari itu melalui tulisan ini penulis akan membahas lebih mendalam tentang fenomena yang terjadi, bagaimana upaya negara AS dalam mencapai kepentingannya terkait isu krisis pangan global tersebut.

1.2  Kerangka Pemikiran
            Dalam menganalisis kaitan antara isu dengan sebuah tujuan yakni dalam hal ini adalah kepentingan suatu negara, dapat digunakan sebuah bagan yang dikenal dengan nama Backbone Fish Scheme. Dengan bagan tersebut penulis menjadi lebih mudah dalam menganalisis permasalahan yang ada. Berikut adalah gambar dari bagan tersebut :
BBF.jpg
       Sumber diolah dari: materi kuliah Human Security dan Isu Global. unpublished

            Penjelasannya adalah setiap negara pasti memiliki kepentingan (interest) yang dalam upaya mewujudkannnya adalah dengan adanya isu yang memiliki peran penting didalamnya. Kemudian isu yang digunakan (Issues Oriented) haruslah mengena dan dapat diterima oleh dunia Internasional, seakan-akan mendapatkan legitimasi dari dunia internasional sehingga kemudian isu tersebut dapat dijalankan kedalam bentuk state action.
            Selanjutnya Means atau cara yang dilakukan atau disini lebih tepatnya pada State action yang merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh negara dalam mencapai kepentingannya dengan menggunakan instrumen-intrumen demi tercapainya Goals atau dalam bagan tersebut diterangkan sebagai sistem Internasional. Goals yang dimaksud adalah upaya negara tersebut bertujuan untuk merubah sistem Internasional atau mempertahankan sistem Internasional yang sudah ada, demi tercapainya interst negara yang bersangkutan.





BAB II
PEMBAHASAN
            Dunia sekarang ini dihadapkan pada masalah krisis pangan yang terjadi hampir di setiap negara di belahan dunia. krisis pangan diakibatkan oleh fenomena pemanasan global yang menimbulkan perubahan iklim yang ekstrem, sehingga dampaknya secara langsung dapat dirasakan oleh setiap negara. Dampak yang diakibatkan salah satunya adalah menurunnya tingkat produksi pangan di setiap negara. Negara-negara yang memiliki kemampuan produksi pangan yang lemah maka secara langsung akan menderita krisis pangan terutama disini adalah negara-negara berkembang.
            Krisis pangan global tersebut jika dibiarkan begitu saja tentunya akan segera mempengaruhi ketahanan pangan global, sehingga dibutuhkan perhatian dan penanganan yang lebih serius. Berbagai upaya telah dilakukan misalnya program liberalisasi perdagangan dalam bentuk perdagangan bebas sehingga distribusi bahan pangan antar negara dinilai dapat menjadi lebih mudah. Sistem yang diprakarsai negara-negara maju terutama AS ini kemudian banyak dianut oleh negara-negara terutama negara berkembang karena dianggap dapat mengatasi permasalahan yang dialami. Negara-negara berkembang tersebut kemudian mendapatkan bantuan dari negara-negara barat dengan syarat membuka pasar mereka untuk barang impor. Dalam hal ini negara-negara maju telah berhasil membentuk sistem internasional berupa perdagangan bebas yang telah berlaku hampir di seluruh negara hingga sekarang.
            Realitanya krisis pangan hingga sekarang masih terjadi. Pada tahun 2007-2008 misalnya, Krisis pangan global sempat memanas, stok pangan dunia terus menipis di tahun 2007 dan pada tahun 2008 terjadi kenaikan harga pangan yang sangat tinggi hingga negara-negara yang bergantung pada impor kesulitan untuk mendapatkan pangan. Bahkan krisis pangan yang terjadi seperti di Mesir, Banglades, dan Yaman sampai menyebabkan timbulnya kerusuhan karena terjadi antrean orang-orang yang membutuhkan makanan.[2] Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahaya dari krisis pangan pun kemudian menjalar kepada masalah human security.
            Negara-negara maju kemudian menemukan solusi dengan melakukan penelitian yang memakan waktu lama dan kemudian menemukan penemuan baru berupa tanaman pangan transgenik. Yang dimaksud dengan tanaman transgenik adalah tanaman hasil rekayasa genetika dengan upaya pemanfaatan bioteknologi. Dengan demikian, tanaman transgenik mengandung gen (pembawa sifat tanaman) yang berasal dari luar tanaman yang secara sengaja dan terencana dipindahkan dengan teknologi canggih.[3] Tanaman transgenik ini telah terbukti menghasilkan tanaman baru yang lebih baik, sehingga dianggap dapat memperbaiki tingkat produksi pangan di negara-negara yang mengalami krisis pangan.
            Fenomena diatas dipandang sebagai isu deterministik yang penuh dengan kepentingan AS. Selanjutnya berdasarkan bagan Back Bone Fish Scheme dalam menganalisis isu yang digunakan oleh AS yakni yang pertama adalah isu krisis pangan (Food Crissis) yang melanda negara-negara terutama negara berkembang. Isu krisis pangan tersebut dinilai jika tidak ditangani, dikhawatirkan dampaknya akan juga berpengaruh terhadap ketahanan pangan global (Food Security). Di sisi lain dengan fakta krisis pangan yang mengakibatkan tingkat kelaparan yang sangat tinggi, dan krisis pangan yang terjadi di negara-negara timur tengah hingga menyebabkan kerusuhan. Maka fenomena tersebut kemudian juga berpengaruh kepada isu Human Security. Maka dari itu AS dengan produk pangan transgeniknya beralasan untuk mencanangkan alih teknologi kepada negara-negara lain sehingga dapat memperbaiki tingkat produksinya.
            Proses selanjutnya adalah Means atau cara-cara dalam hal ini merupakan bentuk state action yang dilakukan AS melalui instrumen-instrumen. Melalui FAO Amerika memprediksikan negara-negara yang mengalami krisis pangan kebanyakan adalah negara-negara berkembang, dimana negara-negara tersebut merupakan pasar yang bagus untuk produk transgeniknya. Instrument selanjutnya adalah melalui WTO, kebijakan-kebijakan WTO terkait perdagangan bebas seluruhnya tentu saja terdapat pengaruh dari AS. Gagasan-gagasan liberalisasi perdagangan secara tidak langsung juga digunakan untuk mempromosikan ideologi liberal barat.
            Dalam hal ini Goals dari AS adalah mempertahankan sistem Internasional yakni berlakunya sistem perdagangan bebas antar negara dengan aturan-aturan yang berlaku. Tentunya aturan-aturan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tetap tercipta suatu ketergantungan negara-negara berkembang terhadap negara maju. Tujuan dari kepentingan AS pun kemudian sudah dapat dilihat dengan jelas disini yakni kepentingan Economic Gain. Kepentingan ekonomi yakni dalam meningkatkan nilai ekspor bahan pangan transgenik dan juga memperluas pasar yang didukung oleh sistem perdagangan bebas yang diatur dalam WTO kepada negara-negara berkembang.
            Indonesia misalnya, sebagai negara berkembang dan menjadi pasar yang bagus bagi produk pangan transgenik AS, berdasarkan Laporan United States Department of Agriculture (USDA) menyebutkan, nilai ekspor produk transgenik Amerika ke Indonesia pada tahun 2004,yang terdiri atas kedelai, jagung, dan kapas mencapai US$ 600 juta.[4] Fakta tersebut menerangkan akan kepentingan AS yang sebenarnya, yakni demi kepentingan ekonomi dalam meningkatkan ekspor bahan pangan transgeniknya ke negara-negara berkembang yang telah terikat dan menerima tekanan dari aturan-aturan WTO dalam perdagangan bebas.
                                                      BAB III
KESIMPULAN
            Setiap negara pada dasarnya memiliki kepentingan nasional masing-masing. Negara akan melakukan upaya apapun demi tercapainya kepentingan tersebut. Penggunaan isu dalam mencapai kepentingan nasional suatu negara kerap sekali terjadi. Isu menjadi sangat penting perannya jika isu tersebut telah menjadi isu global dan dapat menarik perhatian dunia Internasional. isu deterministik merupakan istilah yang dikenal untuk isu yang didalamnya ternyata memuat kepentingan-kepentingan dari satu negara.
            Isu alih teknologi berupa tanaman pangan transgenik oleh negara Amerika Serikat terhadap negara berkembang merupakan isu deterministik. Sebagai mahasiswa jurusan hubungan internasional kita dituntut selalu berpikir kritis dalam melihat fenomena-fenomena Internasional. Dalam kasus ini ternyata Amerika memiliki kepentingan ekonomi dalam menanggapi isu krisis pangan global yang melanda negara-negara di dunia terutama negara-negara berkembang. Amerika ingin meningkatkan nilai ekspor bahan pangan transgeniknya dan juga memperluas pasar dari produk tersebut, dengan berkedok memberikan solusi alih teknologi tanaman transgenik tersebut ke negara-negara berkembang untuk membantu menangani masalah krisis pangan.










Daftar Pustaka





[2] http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/16/03335110/Akar.Krisis.Pangan.Dunia
[3] http://agritechhelp.blogspot.com/2011/12/tanaman-transgenik-bagaimana-kita.html
[4] http://satuportal.net/content/hak-konsumen-dan-gurita-bisnis-transgenik

1 komentar: