Entri Populer

Sabtu, 02 Februari 2013

Revolusi: Puncak Perubahan Sosial


Revolusi Sebagai Bentuk Perubahan Sosial
            Revolusi merupakan wujud perubahan sosial paling spektakuler yang mencakup perpecahan mendasar dalam proses historis, pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan juga pembentukan ulang manusia. Dalam artian disini revolusi dikatakan sebagai tanda kesejahtraan sosial karena pada saat revolusi dianggap manusia telah mengalami proses lahir kembali. Beberapa hal yang membedakan revolusi dengan perubahan sosial yang lainnya yakni antara lain: a) cakupan perubahannya luas menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat (ekonomi, politik, sosial, budaya, pribadi individu dan lain-lain). b) perubahannya bersifat radikal dan fundamental menyentuh inti dan fungsi sosial. c) perubahannya terjadi secara cepat dan spontanitas dalam lambatnya proses historis. d) karena perubahannya sangat cepat da tiba-tiba maka revolusi mudah diingat oleh.
Riwayat Ringkas Gagasan Revolusi
            Istilah revolusi memasuki dua bidang yakni hubungan dialektika dengan kehidupan sosial. Mitos dan revolusi saling mempengaruhi meski  hubungan dialektika diantara keduanya tak banyak berperan di kedua tingkat namun lebih berperan di tingkat kesadaran sosial, antara wacana sehari-hari dan diskursus sosiologi. Istilah revolusi muncul di abad 14 namun sifatnnya lebih umum dan berbeda dengan pegertian modern, revolusi yang berarti gerakan melingkar (circular) yang bermakna bahwa revolusi merupakan pergantian penguasa secara melingkar atau penggantian seluruh elit politik menyertai kemunculan nation state. Baru ketika memasuki abad 18 konsep revolusi dalam pengertian modern baru muncul. Revolusi digunakan sebagai istilah untuk melukiskan terobosan jaman serupa, penataan ulang masyarakat secara fundamental. Pada abad 19 berbarengan dengan industrialisasi, urbanisme serta kapitalisme tentunya menjadi “era emas” bagi revolusi dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat (politik dan teori sosial). Ketika masuk abad 20, terjadi kelapukan modernitas dimana kemajuan dinilai justru menimbulkan krisis sehingga orang-orang tak lagi memimpikan revolusi bahkan justru mencemaskannya.
Konsep Revolusi Modern
            Konsep revolusi berasal dari dua tradisi intelektual yakni filsafat sejarah dan sosiologi. Konsep filsafat sejarah menjelaskan revolusi sebagai suatu terobosan radikal terhadap keberlangsungan jalannya sejarahnya. Konsep sosiologi lebih mengacu pada penggunaan massa atau ancaman paksaan dan kekerasan terhadap penguasa untuk melaksanakan perubahan mendasar dalam masyarakat. pencerminannya dapat terlihat dari definisi revolusi saat ini yang digolongkan dalam 3 kelompok. Yang pertama definisi menekankan pada transformasi fundamental masyarakat. golongan kedua mencakup definisi yang menekankan pelibatan masyarakat dalam jumlah besar dan temobilisasi dalam satu gerakan revolusioner. Kelompok ketiga menekankan pada perlunya penggunaan kekerasan. Sebagai pelengkap definisi revolusi modern terdapat konsep lain definisi revolusi yakni Coup d”etat yang berarti revolusi istana yang berarti pergantian secarah tidak sah penguasa, pemerintah atau personil institusi politik tanpa modifikasi rezim, organisasi ekonomi dan sistem budaya.
            Jalannya revolusi terkenal dalam hasil analisis para ahli yang tebagi menjadi 10 tahap namun analisis tersebut menunjukkan beberapa aspek penting fenomena revolusi. Namun setiap hal layak dikatakan sebagai teori harus mencakup tiga hal yakni: 1) harus mengesankan citra umum atau model konseptual dari fenomena. 2) harus memilih faktor atau variabel tertentu sebagai penentu, penyebab, atau mekanisme utama revolusi. 3) harus memiliki seperangkat hipotesis yang bisa diuji dalam hal kesaling ketergantungan antar variabelnya khususnya mengenai asal usul, jalannya, hasil atau akibat dari revolusi.
Model Revolusi
            Ada dua teori dasar yang pertama teori yang menekankan pada agen, Terdiri dari dari: 1) model ledakan, yang berarti revolusi berasal dari bawah sebagai akibat dari akumulasi ketegangan, keluhan, ketidakpuasan yang melebihi batas tertentu. 2) model persekongkolan, revolusi dilihat sebagai ciptaan seseorang namun bukan massa melainkan agitator luar yang mendukung massa untuk bertindak revolusioner. Teori yang kedua lebih pada kondisi structural mencakup; 1) model katup pengaman, dimana revolusi akan meletus jika kontrol negara melemah. 2) model kantong terbuka, revolusi meletus jika muncul sumber daya dan peluang baru terbuka meliputi peluang politik, kerangka hukum, hak dan kebebasan. Kedua teori dan modelnya tersebut mengandung perbedaan asumsi dan masalah yang dikaji.

Teori Utama Revolusi
            Terdapat 4 aliran utama teori revolusi. 1) teori revolusi modern oleh Sorokin (1925). Sebagai contoh pendekatan tindakan. Mencakup 6 bidang perubahan antara lain: transformasi reaksi terhadap ucapan, penyelewengan reaksi terhadap kepemilikan, penyelewengan reaksi seksual, penyelewangan reaksi terhadap tugas, penyelewengan reaksi terhadap kekuasaan dan bawahan dan reaksi terhadap agama, moral, estetika, dan prilaku lainnya. 2) teori aliran psikologis, aliran yang mengabaikan tindakan reflek atau naluriah dasar dan beralih ke bidang orientasi sikap dan motivasi, teori ini erat kaitannya denganpemikiran akal sehat.3) teori structural, memusatkan perhatian pada tingkat struktur makro dengan mengabaikan faktor psikologi. Menurut teori ini revolusi adalah hasil hambatan dan ketegangan struktural dan terutama bentuk hubungan khusus tertentu antara rakyat dan pemerintah. Teori ini dituduh berat sebelah dan mengabaikan psikologi individu. 4) pendekatan politik, melihat revolusi sebagai sifat fenomena politik yang muncul dari proses yang khusus terjadi di bidang politik. Dimana merupakan hasil dari pergeseran keseimbangan kekuatan dan perjuangan memperebutkan hegemoni antara pesaing untuk mengendalikan negara.
            Kedaulatan ganda merupakan masalah mendasar situasi revolusioner yang muncul bila: 1) adanya penantang yang nyata yang meningkatkan tuntutan mengontrol pemerintahan. 2) penantang tersebut mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat baik materi maupun dukungan politik. 3) kontrol pemerintah tak mampu melawan gerakan pemberontakan. Selain itu, derajat pengalihan kekuasaan sebagai akibat tindakan revolusioner tergantung kepada: 1) keluasan dan kekakuan perpecahan antara penguasa dan oposisi. 2) cakupan koalisi penguasa dan oposisi menjelang dan selama revolusi. 3) seberapa besar kontrol oposisi terhadap alat kekuasaan negara.
            Terdapat 7 tindakan penentang (oposisi) menurut Tilly antara lain: a) oposisi dan tuntutan kekuasaannya muncul secara bertahap. b) tuntutan kekuasaan diikuti dengan mobilisasi pendukung yang setuju. c) oposisi berusaha menekan pemerintah untuk tidak dapat memobilisasi kekuatan. d) oposisi beserta koalisinya berhasil mengontrol bagian kekuasaan tertentu milik pemerintah (aparatur negara dan militer). e) oposisi berjuang memperluas kontrol atas bagian kekuasaan pemerintahan lama. f) oposisi yang menang dikalahkan oleh kekuatan yang berkoalisi dengan pemerintah lama. g) terbentuknya kembali satu pemerintahan yang berdaulat penuh dalam mengontrol seluruh rakyat.
Penentuan Batas Ketidaktahuan dalam Situasi Revolusi
            Lima teka-teki atau paradoks yang akan dihadapi untuk menyusun teori revolusi yang lebih lengkap di masa yang akan datang antara lain:
1.      Mengenai pecahnya revolusi. Terkait kondisi dan kekuatan yang menyebabkan pecahnya revolusi mencakup tindakan manusia, motivasi, tujuan, emosi da lain-lain yang kita tidak tahu kapan dan dimana akan muncul.
2.      Mengenai kemampuan mobilisasi kekuatan revolusioner. Bagaimana masyarakat tiba-tiba mampu membentuk massa dan berhasil melawan rasa acuh terhadap keadaan sehingga muncul kesadaran untuk melakukan perubahan demi mencapai cita-cita mereka.
3.      Mengenai warisan semangat “revolusioner”. Lebih kepada keterikatan sejarah dan pengaruh dari keberhasilan revolusi terdahulu, apakah mampu membuat rakyat mau atau tidak mau melakukan tindakan revolusioner di masa yang akan datang.
4.      Mengenai hasil revolusi. Jika revolusi terdahulu sukses maka akan melahirkan mitos kepahlawanan dan prestasi revolusioner yang telah dilakukan.
5.      Mengenai kemungkinan memprediksi. Memprediksi atau meramal munculnya tindakan revolusioner.
            Teka-teki kelima mengenai kemampuan memprediksi, merupakan fakta bahwa sulit untuk memprediksikan suatu peristiwa revolusioner dengan beberapa alasan antara lain:
1.       revolusi tergantung pada tindakan sejumlah besar individu yang mengambil keputusan berdasarkan faktor biografis dan situasi sosial yang unik, tak teratur, tak terduga sehingga sulit untuk dilakukan prediksi secara khusus.
2.      Kemampuan seorang pemimpin untuk memobilisasi massa untuk melakukan tindakan revolusioner. Dimana kemampuan ini sebagian besar merupakan rahasia genetik sehingga tentu saja kemudian sulit untuk diprediksi.
3.      Walaupun revolusi terdiri dari proses dan tahapan-tahapan yang mungkin teratur namun kenyataannya bagian-bagian dari proses tersebut merupakan kombinasi hal-hal yang unik dan melahirkan fenomena yang sama sekali baru dan tidak dapat diprediksikan dengan teori yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar