Revolusi
Sebagai Bentuk Perubahan Sosial
Revolusi merupakan wujud perubahan
sosial paling spektakuler yang mencakup perpecahan mendasar dalam proses
historis, pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan juga pembentukan ulang
manusia. Dalam artian disini revolusi dikatakan sebagai tanda kesejahtraan
sosial karena pada saat revolusi dianggap manusia telah mengalami proses lahir
kembali. Beberapa hal yang membedakan revolusi dengan perubahan sosial yang
lainnya yakni antara lain: a) cakupan perubahannya luas menyentuh semua tingkat
dan dimensi masyarakat (ekonomi, politik, sosial, budaya, pribadi individu dan
lain-lain). b) perubahannya bersifat radikal dan fundamental menyentuh inti dan
fungsi sosial. c) perubahannya terjadi secara cepat dan spontanitas dalam
lambatnya proses historis. d) karena perubahannya sangat cepat da tiba-tiba
maka revolusi mudah diingat oleh.
Riwayat Ringkas Gagasan Revolusi
Istilah
revolusi memasuki dua bidang yakni hubungan dialektika dengan kehidupan sosial.
Mitos dan revolusi saling mempengaruhi meski
hubungan dialektika diantara keduanya tak banyak berperan di kedua
tingkat namun lebih berperan di tingkat kesadaran sosial, antara wacana
sehari-hari dan diskursus sosiologi. Istilah revolusi muncul di abad 14 namun
sifatnnya lebih umum dan berbeda dengan pegertian modern, revolusi yang berarti
gerakan melingkar (circular) yang
bermakna bahwa revolusi merupakan pergantian penguasa secara melingkar atau
penggantian seluruh elit politik menyertai kemunculan nation state. Baru ketika memasuki abad 18 konsep revolusi dalam
pengertian modern baru muncul. Revolusi digunakan sebagai istilah untuk
melukiskan terobosan jaman serupa, penataan ulang masyarakat secara
fundamental. Pada abad 19 berbarengan dengan industrialisasi, urbanisme serta
kapitalisme tentunya menjadi “era emas” bagi revolusi dalam mempengaruhi
kehidupan sehari-hari masyarakat (politik dan teori sosial). Ketika masuk abad
20, terjadi kelapukan modernitas dimana kemajuan dinilai justru menimbulkan
krisis sehingga orang-orang tak lagi memimpikan revolusi bahkan justru
mencemaskannya.
Konsep Revolusi Modern
Konsep revolusi berasal dari dua
tradisi intelektual yakni filsafat sejarah dan sosiologi. Konsep filsafat sejarah
menjelaskan revolusi sebagai suatu terobosan radikal terhadap keberlangsungan
jalannya sejarahnya. Konsep sosiologi lebih mengacu pada penggunaan massa atau
ancaman paksaan dan kekerasan terhadap penguasa untuk melaksanakan perubahan
mendasar dalam masyarakat. pencerminannya dapat terlihat dari definisi revolusi
saat ini yang digolongkan dalam 3 kelompok. Yang pertama definisi menekankan
pada transformasi fundamental masyarakat. golongan kedua mencakup definisi yang
menekankan pelibatan masyarakat dalam jumlah besar dan temobilisasi dalam satu
gerakan revolusioner. Kelompok ketiga menekankan pada perlunya penggunaan kekerasan.
Sebagai pelengkap definisi revolusi modern terdapat konsep lain definisi
revolusi yakni Coup d”etat yang
berarti revolusi istana yang berarti pergantian secarah tidak sah penguasa,
pemerintah atau personil institusi politik tanpa modifikasi rezim, organisasi
ekonomi dan sistem budaya.
Jalannya revolusi terkenal dalam
hasil analisis para ahli yang tebagi menjadi 10 tahap namun analisis tersebut
menunjukkan beberapa aspek penting fenomena revolusi. Namun setiap hal layak
dikatakan sebagai teori harus mencakup tiga hal yakni: 1) harus mengesankan
citra umum atau model konseptual dari fenomena. 2) harus memilih faktor atau
variabel tertentu sebagai penentu, penyebab, atau mekanisme utama revolusi. 3)
harus memiliki seperangkat hipotesis yang bisa diuji dalam hal kesaling
ketergantungan antar variabelnya khususnya mengenai asal usul, jalannya, hasil
atau akibat dari revolusi.
Model Revolusi
Ada dua teori dasar yang pertama
teori yang menekankan pada agen, Terdiri dari dari: 1) model ledakan, yang
berarti revolusi berasal dari bawah sebagai akibat dari akumulasi ketegangan,
keluhan, ketidakpuasan yang melebihi batas tertentu. 2) model persekongkolan,
revolusi dilihat sebagai ciptaan seseorang namun bukan massa melainkan agitator
luar yang mendukung massa untuk bertindak revolusioner. Teori yang kedua lebih
pada kondisi structural mencakup; 1) model katup pengaman, dimana revolusi akan
meletus jika kontrol negara melemah. 2) model kantong terbuka, revolusi meletus
jika muncul sumber daya dan peluang baru terbuka meliputi peluang politik,
kerangka hukum, hak dan kebebasan. Kedua teori dan modelnya tersebut mengandung
perbedaan asumsi dan masalah yang dikaji.
Teori Utama Revolusi
Terdapat
4 aliran utama teori revolusi. 1) teori revolusi modern oleh Sorokin (1925).
Sebagai contoh pendekatan tindakan. Mencakup 6 bidang perubahan antara lain:
transformasi reaksi terhadap ucapan, penyelewengan reaksi terhadap kepemilikan,
penyelewengan reaksi seksual, penyelewangan reaksi terhadap tugas,
penyelewengan reaksi terhadap kekuasaan dan bawahan dan reaksi terhadap agama,
moral, estetika, dan prilaku lainnya. 2) teori aliran psikologis, aliran yang
mengabaikan tindakan reflek atau naluriah dasar dan beralih ke bidang orientasi
sikap dan motivasi, teori ini erat kaitannya denganpemikiran akal sehat.3)
teori structural, memusatkan perhatian pada tingkat struktur makro dengan
mengabaikan faktor psikologi. Menurut teori ini revolusi adalah hasil hambatan
dan ketegangan struktural dan terutama bentuk hubungan khusus tertentu antara
rakyat dan pemerintah. Teori ini dituduh berat sebelah dan mengabaikan
psikologi individu. 4) pendekatan politik, melihat revolusi sebagai sifat
fenomena politik yang muncul dari proses yang khusus terjadi di bidang politik.
Dimana merupakan hasil dari pergeseran keseimbangan kekuatan dan perjuangan
memperebutkan hegemoni antara pesaing untuk mengendalikan negara.
Kedaulatan ganda merupakan masalah
mendasar situasi revolusioner yang muncul bila: 1) adanya penantang yang nyata
yang meningkatkan tuntutan mengontrol pemerintahan. 2) penantang tersebut
mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat baik materi maupun dukungan
politik. 3) kontrol pemerintah tak mampu melawan gerakan pemberontakan. Selain
itu, derajat pengalihan kekuasaan sebagai akibat tindakan revolusioner
tergantung kepada: 1) keluasan dan kekakuan perpecahan antara penguasa dan
oposisi. 2) cakupan koalisi penguasa dan oposisi menjelang dan selama revolusi.
3) seberapa besar kontrol oposisi terhadap alat kekuasaan negara.
Terdapat 7 tindakan penentang
(oposisi) menurut Tilly antara lain: a) oposisi dan tuntutan kekuasaannya
muncul secara bertahap. b) tuntutan kekuasaan diikuti dengan mobilisasi
pendukung yang setuju. c) oposisi berusaha menekan pemerintah untuk tidak dapat
memobilisasi kekuatan. d) oposisi beserta koalisinya berhasil mengontrol bagian
kekuasaan tertentu milik pemerintah (aparatur negara dan militer). e) oposisi
berjuang memperluas kontrol atas bagian kekuasaan pemerintahan lama. f) oposisi
yang menang dikalahkan oleh kekuatan yang berkoalisi dengan pemerintah lama. g)
terbentuknya kembali satu pemerintahan yang berdaulat penuh dalam mengontrol
seluruh rakyat.
Penentuan Batas Ketidaktahuan dalam Situasi Revolusi
Lima teka-teki atau paradoks yang
akan dihadapi untuk menyusun teori revolusi yang lebih lengkap di masa yang
akan datang antara lain:
1. Mengenai
pecahnya revolusi. Terkait kondisi dan kekuatan yang menyebabkan pecahnya
revolusi mencakup tindakan manusia, motivasi, tujuan, emosi da lain-lain yang
kita tidak tahu kapan dan dimana akan muncul.
2. Mengenai
kemampuan mobilisasi kekuatan revolusioner. Bagaimana masyarakat tiba-tiba
mampu membentuk massa dan berhasil melawan rasa acuh terhadap keadaan sehingga
muncul kesadaran untuk melakukan perubahan demi mencapai cita-cita mereka.
3. Mengenai
warisan semangat “revolusioner”. Lebih kepada keterikatan sejarah dan pengaruh
dari keberhasilan revolusi terdahulu, apakah mampu membuat rakyat mau atau
tidak mau melakukan tindakan revolusioner di masa yang akan datang.
4. Mengenai
hasil revolusi. Jika revolusi terdahulu sukses maka akan melahirkan mitos
kepahlawanan dan prestasi revolusioner yang telah dilakukan.
5. Mengenai
kemungkinan memprediksi. Memprediksi atau meramal munculnya tindakan
revolusioner.
Teka-teki
kelima mengenai kemampuan memprediksi, merupakan fakta bahwa sulit untuk
memprediksikan suatu peristiwa revolusioner dengan beberapa alasan antara lain:
1. revolusi tergantung pada tindakan sejumlah
besar individu yang mengambil keputusan berdasarkan faktor biografis dan
situasi sosial yang unik, tak teratur, tak terduga sehingga sulit untuk
dilakukan prediksi secara khusus.
2. Kemampuan
seorang pemimpin untuk memobilisasi massa untuk melakukan tindakan
revolusioner. Dimana kemampuan ini sebagian besar merupakan rahasia genetik
sehingga tentu saja kemudian sulit untuk diprediksi.
3. Walaupun
revolusi terdiri dari proses dan tahapan-tahapan yang mungkin teratur namun
kenyataannya bagian-bagian dari proses tersebut merupakan kombinasi hal-hal
yang unik dan melahirkan fenomena yang sama sekali baru dan tidak dapat
diprediksikan dengan teori yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar