Entri Populer

Sabtu, 02 Februari 2013

Tugas UAS Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik


1.      Apa yang anda ketahui tentang intervensi militer dalam resolusi konflik dan berikan contohnya?
Jawab :
            Untuk mendapatkan jawaban dari intervensi militer dalam resolusi konflik saya akan mulai dengan menjelaskan pengertian dari kata intervensi terlebih dahulu. Intervensi adalah campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, negara, dsb)[1]. Dalam kajian resolusi konflik pihak yang berselisih disini tentunya adalah Negara. Intervensi adalah bentuk campur tangan terhadap urusan negara lain yang sedang mengalami konflik yang berfungsi sebagai cara dalam menyelesaikan konflik.
            Intervensi militer dapat diartikan sebagai campur tangan dalam urusan negara lain dengan menggunakan kekuatan militer. Cara ini sering digunakan untuk menyelesaikan ketegangan yang tidak kunjung reda walaupun sudah dilakukan upaya negosiasi dalam bentuk perundingan-perundingan antara dua pihak yang berkonflik. Intervensi militer menurut saya dilakukan untuk meredam atau melumpuhkan salah satu pihak atau bahkan kedua belah pihak yang berkonflik untuk mengurangi jumlah korban jiwa yang terjadi selama konflik berlangsung.
            Sebagai contoh intervensi militer yang saya ambil adalah intervensi militer yang dilakukan NATO dalam proses kemerdekaan negara Kosovo. Benruk intervensi militer NATO ini terlihat dalam penyerangan yang dilakukan oleh tentara NATO terhadap tentara Serbia dan juga penyerangan terhadap instalasi militer dan infrastruktur Serbia-Yugoslavia[2]. Intervensi NATO tersebut sebagai bentuk respon dunia internasional terhadap konflik yang terjadi di Kosovo yakni antara etnis Albania yang diberlakukan semena-mena oleh etnis Serbia yang ada di Kosovo yang justru mendapatkan dukungan dari pemerintah berdaulat sehingga terjadi konflik vertikal yang bahkan mengarah pada terjadinya etnic cleansing[3].
            Berdasarkan contoh fenomena intervensi militer tersebut, NATO sebagai organisasi militer dan penjaga keamanan memiliki fungsi yang penting dalam tercapainya perdamaian di Kosovo. Dalam hal ini NATO juga berhasil menghentikan kekerasan antar etnik yang memakan banyak korban jiwa. NATO juga berperan penting menjadi fasilitator untuk upaya perundingan dan jalur diplomasi untuk mencapai kata damai dan berakhir pada tercapainya kemerdekaan negara Kosovo.
            Jadi dapat disimpulkan menurut saya intervensi militer merupakan salah satu upaya campur tangan dengan jalan kekerasan yakni menggunakan kekuatan militer terhadap pihak-pihak yang berkonflik demi menghentikan konflik yang tak kunjung reda dan semakin lama semakin banyak korban yang berjatuhan. Upaya ini memang terlihat kasar namun menurut saya efektif dalam menghentikan konflik dan menciptakan suasana kondusif untuk melakukan tindak lanjut berupa perundingan dan upaya diplomasi mencari jalan keluar dan mencapai perdamaian.

2.      Apa yang anda ketahui tentang intervensi Non militer dalam resolusi konflik dan berikan contohnya?
Jawab:
            Intervensi non militer tentu saja merupakan kebalikan dari intervensi militer yang telah dijelaskan pada soal sebelumnya. Intervensi non militer cenderung melalui jalur-jalur damai tanpa kekerasan misalnya melalui perundingan-perundingan dan jalur diplomasi antar pihak yang berkonflik. Intervensi non militer dapat dilakukan oleh negara-negara, organisasi-organisasi internasional, bahkan seorang tokoh sekalipun yang capable dan berkeinginan untuk ikut campur dalam menangani konflik di suatu negara yang mencuri perhatian dunia internasional karena konflik tidak kunjung selesai.
            Contoh kasus bentuk intervensi non militer tanpa penggunaan kekerasan saya ambil contoh peran seorang Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter untuk mencari penyelesaian sengketa antara Israel dan Mesir hingga menghasilkan Perjanjian Camp David 1979[4]. Upaya intervensi non militer presiden Jimmy Carter dalam konflik Israel-Mesir ini yakni sebagai mediator perundingan kedua pihak yang berkonflik. Dalam perjanjian ini, Israel bersedia mengembalikan Gurun Sinai yang didudukinya kepada Mesir sedangkan Mesir secara resmi bersedia mengakui negara Israel[5]. Upaya mediasi oleh presiden Jimmy Carter merupakan intervensi non militer dalam menyelesaikan konflik antara Israel dengan Mesir yang diwarnai dengan terjadinya perang diantara keduanya, yang pada akhirnya berhasil dipertemukan di meja perundingan oleh presiden AS jimmy Carter untuk mencari jalan keluar dari sengketa kedua belah pihak.

3.      Jelaskan agenda perdamaian PBB dan disertai contoh?
Jawab:
Agenda perdamaian PBB atau yang lebih dikenal dengan istilah Peace Operation PBB terdiri dari 6 agenda yakni antara lain Conflict prevention, Peace Making, Peace keeping, Peace Building, Peace Time Operation, dan Peace Enforcement[6]
Conflict prevention, yaitu melibatkan penerapan langkah-langkah diplomatik atau struktural untuk menjaga agar ketegangan dan sengketa intra-state atau inter-state tensions and disputes tidak bereskalasi menjadi konflik. Idealnya, conflict prevention harus dibangun di atas peringatan dini yang terstruktur, pengumpulan informasi dan analisis yang cermat terhadap faktor-faktor pendorong dari konflik[7]. Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan dalam upaya resolusi konflik dalam agenda perdamaian PBB yang membutuhkan analisis yang cermat serta informasi yang tepat akan factor pendorong terjadinya konflik.
Peace making, menurut definisi dari Sekjen PBB berarti aksi (tindakan) untuk membawa para pihak yang berperang menuju kesepakatan, khususnya melalui cara-cara yang damai, seperti yang dinyatakan dalam Bab VI Piagam PBB. Dengan kata lain, penyelesaian damai atas pertikaian[8]. Sebagai contoh upaya peace making PBB yakni pada penyelesaian konflik di Bosnia. PBB menyerukan kepada Serbia untuk menarik pasukannya dari wilayah Bosnia. PBB mengirimkan utusannya sebagai mediasi guna mencari penyelesaian konflik antara Serbia dan Bosnia. PBB mengutus Lewis Mckeujic selaku kepala staf UNPROFOR UNPROFOR ( United Nation Protection Force), melalui letnan Mckeujic ini terjadi perundingan antara Serbia dan Bosnia yang dilaksanakan di Sarajevo tahun 1992 untuk membahas mengenai penyelesaian perang di kawasan tersebut[9]. Berdasarkan contoh tersebut terlihat upaya peace making yang dilakukan PBB untuk mengarahkan kedua belah pihak yang berkonflik ke meja perundingan dengan menjadi mediasi untuk melahirkan perundingan dalam mengakhiri konflik tersebut.
Peace keeping adalah suatu operasi yang melibatkan personel militer tetapi tanpa kekuatan daya serang, yang dibawahi oleh PBB untuk membantu menjaga atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional di wilayah-wilayah berkonflik[10]. Peace keeping dapat mengambil banyak bentuk dan senantiasa berkembang terkait perubahan keadaan:
·         Pemeliharaan gencatan senjata dan pemisahan pasukan, mengkondisikan suasana kondusif untuk negosiasi.
·         Pencegahan penyebaran dan perluasan konflik,
·         Perlindungan operasi kemanusiaan.
·         Pelaksanaan penyelesaian damai yang komprehensif, operasi multidimensi[11].
Contoh kasus yang saya ambil untuk menjelaskan upaya peace keeping oleh PBB yakni pada kasus konflik etnis di Rwanda. PBB mempunyai peran khusus dalam upaya perdamaian tersebut. Dengan dipimpin oleh Brigjen Romeo A. Dallaire, seorang perwira tinggi Kanada yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pengamat Miiter PBB untuk perbatasan Uganda-Rwanda, PBB melakukan pengiriman tim yang terdiri dari personil militer, personil sipil dan polisi sipil setelah mendapat otorisasi formal dari DK-PBB dan berlangsung selama 90 hari dengan tugas mengamankan Kigali dan menciptakan kondisi yang dibutuhkan bagi pembentukan pemerintah transisi[12]. Terdapat juga upaya perlindungan operasi kemanusiaan melalui DK-PBB yang kemudian memberikan otoritas kepada Perancis untuk melaksanakan Operasi Turquoise, sebuah operasi militer unilateral dengan tujuan memberikan perlindungan kepada para pengungsi dan mengamankan bantuan kemanusiaan[13]. Jelas dari contoh kasus tersebut PBB melakukan upaya peace keeping berupa pengiriman pasukan ke area konflik guna menciptakan suasana kondusif serta upaya perlindungan operasi kemanusiaan.
Peace Building merupakan suatu aktivitas untuk menciptakan suatu perdamaian setelah konflik berakhir dan upaya agar konflik tidak terjadi lagi dikemudian hari. Kegiatan yang dilakukan setelah perang dengan cara memperbaiki hal-hal yang terjadi akibat perang dan memperbaiki tatanan ekonomi dan sosial dalam suatu negara agar tercipta kemakmuran[14]. Jadi berdasarkan definisi tersebut tujuan dari peace building adalah memperbaiki tatanan ekonomi dan social masyarakat yang mungkin telah hancur akibat konflik yang terjadi sebelumnya. Mencegah timbulnya konflik di lain waktu serta menjamin penegakan hokum dan perlindungan hukum bagi masyarakat.
Saya ambil contoh upaya misi peace building PBB yakni di Timor Leste dimana terdapat misi PBB untuk membentuk satuan polisi sesegera mungkin setelah Timor Leste merdeka dalam rangka menegakkan supremasi hukum untuk menjamin perdamaian, namun misi ini menemui kegagalan karena misi PBB tidak secara cukup berdiskusi dengan otoritas lokal sehingga rencana yang telah disusun menjadi sia-sia[15].
Peace Time Operation, operasi dalam menanggulangi bencana alam dan sebagainya. Sulit untuk mencari contoh kasus upaya peace time operation PBB ini karena minimnya data yang tersedia. Namun secara umum dapat saya jelaskan bahwa upaya Peace Time Operation memiliki keterkaitan dengan upaya peace building PBB. Kuat kaitannya dengan misi kemanusiaan dalam bentuk penanggulangan bencana, kesehatan dan berbagai sektor kemanusiaan lainnya.
Peace Enforcement, operasi penegakan perdamaian yang sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan hukum internasional yang berlaku, serta asas-asas partisipasi. Upaya peace enforcement lebih menitikberatkan pada upaya membangun pemahaman dan peengertian serta meyakinkan pihak-pihak yang bertikai bahwa tidak banyak yang mereka peroleh dengan cara bertikai sehingga membuka jalan untuk mewujudkan perdamaian.


[1] Diakses dari http://kamusbahasaindonesia.org/intervensi#ixzz2HZcqq3c4
[2] Diakses dari http://repository.unand.ac.id/10958/1/IMG.pdf
[3] Ibid.
[4] Diakses dari http://gilang-kurnia.blogspot.com/2010/12/penyelesaian-sengketa-indonesia-dengan.html
[6] Suyani Indriastuti, slide materi mata kuliah studi perdamaian dan resolusi konflik. Unpublished
[7] Diakses dari http://www.fkpmaritim.org/?p=1019
[8] Diakses dari http://putradamhuji.blogspot.com/2010/08/peacemaking.html
[9] Diakses dari http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/07/konflik-antara-bosnia-dan-serbia-pada-tahun-1991-281907.html
[10] Diakses dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/132923-T%2027784-Peacekkeping%20operation-Analisis.pdf
[11] Suyani Indriastuti, slide materi mata kuliah studi perdamaian dan resolusi konflik. Unpublished
[12] Diakses dari http://hartantowae.blogspot.com/2012/02/konflik-rwanda.html
[13] Ibid.
[14] Diakses dari http://munajathati.wordpress.com/2012/05/20/review-kuliah-studi-perdamaian-dan-resolusi-konflik-dalam-peace-building-2/
[15] Diakses http://www.academia.edu/1144076/Peacebuilding_dan_Resolusi_Konflik_dalam_perspektif_PBB

1 komentar: